Pak Wiryo berada di ambang kematian, namun kepergiannya tertunda karena ia masih memiliki ‘pegangan’ yang membuatnya sulit untuk benar-benar meninggal. Di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian itu, konflik justru muncul dari dalam keluarganya sendiri. Anak-anak dari istri pertama dan istri keduanya terlibat pertengkaran sengit, saling berebut hak atas harta warisan. Ketegangan antara dua keluarga ini mengungkap luka lama, kecemburuan, dan rahasia yang selama ini terpendam, menjadikan situasi semakin rumit di saat yang seharusnya menjadi waktu untuk bersatu dan berdoa.
